Strategi Pemanfaatan Program Magang di Bidang Perhotelan

Diketahui bahwa industri perhotelan dan akomodasi di Jepang tengah menghadapi kekurangan tenaga kerja yang cukup serius. Untuk tenaga kerja asing, terdapat beberapa jenis status izin tinggal yang dapat digunakan, seperti Teknik, Humaniora, dan Bisnis Internasional (Gijinkoku), Keterampilan Khusus (Tokutei Ginou), dan Magang Teknis (Gino Jisshuu). Masing-masing status tersebut dapat disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan tanggung jawab di lapangan, sehingga memungkinkan kami untuk memperkenalkan tenaga kerja yang tepat berdasarkan kebutuhan hotel. Selain itu, dalam kategori Gijinkoku, beberapa universitas di luar negeri menawarkan program studi yang memiliki keterkaitan antara bidang akademik dan pekerjaan, seperti jurusan Bahasa Jepang, Perhotelan, dan Pariwisata. Banyak mahasiswa dari jurusan tersebut yang memiliki keinginan kuat untuk bekerja di hotel-hotel Jepang. Lebih lanjut, dengan memanfaatkan status izin tinggal “Kegiatan Tertentu (Tokutei Katsudou)”, mahasiswa asal Vietnam dan Indonesia dapat mengikuti program magang di hotel Jepang, memperoleh pengalaman kerja secara langsung, serta berpotensi untuk melanjutkan karier mereka di Jepang setelah lulus. Banyak hotel di Jepang yang kini secara aktif menerima peserta magang dengan tujuan mengembangkan calon tenaga kerja asing di masa depan.

1. Prinsip Dasarnya: Harus Setara dengan Pekerjaan untuk Warga Negara Jepang

Dalam program internship (magang), penting untuk memastikan bahwa isi pekerjaan dan bidang studi yang dipelajari memiliki keterkaitan yang jelas — dengan prinsip bahwa magang harus setara dengan pekerjaan yang dilakukan oleh warga negara Jepang. Artinya, jika isi magang tidak berhubungan dengan bidang studi atau pengalaman sebelumnya, maka magang tersebut tidak dapat diakui sebagai kegiatan yang sah di bawah izin tinggal pelajar. Bagi perusahaan penerima, magang merupakan kesempatan untuk memberikan pengalaman kerja nyata kepada mahasiswa, terutama bagi mereka yang mungkin di masa depan ingin bekerja di Jepang. Meskipun beberapa posisi membutuhkan kemampuan komunikasi bahasa Jepang yang tinggi (misalnya penerjemahan atau pekerjaan yang memerlukan pemahaman budaya kerja Jepang), ada juga posisi yang memungkinkan mahasiswa asing untuk memperoleh pengalaman langsung di berbagai bidang industri. Karena itu, magang yang tidak memerlukan komunikasi tingkat tinggi cenderung lebih populer di kalangan mahasiswa asing, khususnya mereka yang sedang belajar bahasa Jepang dan ingin mendapatkan pengalaman kerja di Jepang.

2. Mahasiswa Jurusan Bahasa Jepang dengan Kemampuan N3 atau Lebih

Mahasiswa jurusan Bahasa Jepang umumnya sudah memiliki kemampuan bahasa Jepang yang cukup baik — banyak di antaranya yang telah lulus JLPT N3 atau N2. Selain itu, karena mereka berstatus mahasiswa, mereka biasanya memiliki inisiatif dan motivasi tinggi dalam mengikuti kegiatan magang dibandingkan peserta magang dari kategori “pelatihan teknis” atau “keterampilan khusus”. Perusahaan yang menerima mahasiswa seperti ini dapat memperoleh tenaga magang yang aktif dan komunikatif, serta memiliki kemampuan dasar untuk bekerja sama dalam lingkungan Jepang. Mereka yang tertarik dengan Jepang biasanya juga aktif mengeksplorasi budaya Jepang, bepergian menggunakan kereta, atau berpartisipasi dalam kegiatan saat hari libur. Perusahaan dapat mendukung mereka untuk mengikuti ujian bahasa Jepang (JLPT) dan ujian keterampilan teknis jika ingin melanjutkan karier di Jepang setelah lulus.

3. Perbedaan dengan Program “Pelatihan Magang Teknis”

Program Pelatihan Magang Teknis (Gino Jisshu) secara hukum dikategorikan sebagai “pelatihan”, bukan pekerjaan, meskipun dalam praktiknya sering kali menyerupai pekerjaan dengan jadwal dan beban kerja penuh. Mahasiswa asing yang datang ke Jepang dalam status internship (magang) memiliki tujuan utama untuk mendapatkan pengalaman belajar dan pemahaman budaya kerja Jepang, bukan untuk menghasilkan pendapatan seperti pekerja tetap. Karena itu, perusahaan penerima perlu memahami bahwa magang mahasiswa tidak sama dengan program pelatihan teknis yang diperuntukkan bagi tenaga kerja asing. Dalam internship, mahasiswa biasanya menandatangani surat perjanjian kegiatan (bukan kontrak kerja formal) dan tidak diwajibkan bekerja lembur atau di hari libur. Selain itu, magang bersifat jangka pendek, dan biasanya diberikan sertifikat penyelesaian sebagai bukti pengalaman kerja, bukan slip gaji.

4. Durasi Program: Maksimal 1 Tahun

Program internship (magang) di Jepang dapat berlangsung mulai dari beberapa bulan hingga maksimal satu tahun, tergantung pada perusahaan penerima dan universitas asal peserta. Sebagian besar mahasiswa menjalani magang selama sekitar satu tahun, dan periode ini dapat diakui sebagai bagian dari mata kuliah universitas di negara asal mereka. Namun, perlu diperhatikan bahwa masa magang di Jepang bisa memperpanjang waktu kelulusan, terutama jika mahasiswa mengikuti kegiatan magang jangka panjang yang bertepatan dengan tahun terakhir studinya.

5. Biaya yang Ditanggung oleh Perusahaan Penerima

Meskipun statusnya adalah “magang (internship)”, sistemnya pada dasarnya sama dengan pekerja kontrak satu tahun, sehingga perusahaan penerima biasanya menandatangani perjanjian kerja berdurasi 12 bulan. Perusahaan juga menanggung berbagai biaya administratif, seperti: Biaya pengajuan status izin tinggal (visa) Biaya perjalanan ke Jepang Biaya koordinasi dan dukungan logistik bagi peserta magang Dalam beberapa kasus, mahasiswa magang juga membayar sebagian dari gaji atau tunjangan mereka kepada lembaga koordinasi yang mengatur proses penerimaan. Dengan demikian, baik perusahaan penerima maupun lembaga pendukung memiliki tanggung jawab bersama untuk memastikan kelancaran program magang.
 

Untuk urusan tenaga kerja asing, percayakan kepadaSky International Co., Ltd. へ